Pages

Subscribe:

My Wish

Semoga diriku mendapat cukup kebahagiaan untuk membuatku bahagia,

cukup cobaan untuk membuatku kuat,

cukup penderitaan untuk membuatku menjadi manusia yang sesungguhnya,

dan cukup harapan untuk membuat diriku positif terhadap kehidupan.

Selasa, 28 Mei 2013

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI PEMERINTAH DENGAN PERUSAHAAN ASURANSI SWASTA



PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi kita dapat merasakan adanya gejolak moneter yang dapat menimbulkan persaingan yang sangat ketat antara perusahaan-perusahaan. Agar perusahaan dapat bertahan hidup dituntut untuk mengelola perusahaannya dengan cara yang lebih efisien. Salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan dalam perusahaan adalah melalui perencanaan keuangan.
Perencanaan dan pengendalian keuangan melibatkan proyeksi-proyeksi berdasarkan standar dan perkembangan dari umpan balik dan proses penyesuaian untuk memperbaiki prestasi kerja. Perencanaan keuangan adalah proses dari menganalisis pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan, memproyeksikan konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghindari hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang akan datang, menentukan alternatif mana yang akan dipilih, serta mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
Sebagai usaha yang menghimpun dana dari masyarakat, perusahaan asuransi tidak jauh berbeda halnya dengan bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Untuk itu usaha asuransi harus dikelola secara professional, baik dalam pengelolaan resiko maupun dalam pengelolaan keuangannya. Bagaimanapun, sebagai lembaga yang mengelola dana publik, perusahaan asuransi wajib melaporkan kinerja perusahaannya kepada publik, hal ini dilakukan agar para nasabah dan orang-orang yang memiliki kepentingan dapat mengetahui secara pasti tentang kondisi perusahaan, apakah perusahaan dalam keadaan sehat, kurang sehat atau tidak sehat (krisis).
Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansial adalah rasio. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan. Berdasarkan konsep periode akuntansi, maka laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Secara umum tujuan perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan dengan memaksimumkan laba. Pengukuran hasil usaha yang dicapai dapat dilakukan dengan cara menganalisis rasio keuangan.
Analisis laporan keuangan seringkali juga memasukkan aktivitas untuk membuat berbagai macam transformasi atas laporan keuangan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis rasio dan analisis persentase yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengkaji dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Untuk menilai kinerja keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan tolok ukur yaitu rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan antarprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Dengan menggunakan alat analisis, berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.
     Analisis rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi atau kinerja perusahaan. Analisis rasio juga bermanfaat bagi para investor dalam mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan. Dengan demikian, analisis rasio keuangan digunakan manajemen untuk pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka panjang, peningkatan efisiensi dan efektivitas operasi, serta untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja.
Penilaian kinerja perusahaan dapat memberikan gambaran pengelolaan manajemen keuangan suatu perusahaan apakah telah berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu penghematan biaya operasional, efektivitas penempatan investasi. Salah satu alat penilaian kinerja keuangan adalah analisis rasio keuangan, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, khususnya perencanaan dan pengendalian untuk mendapatkan tolok ukur tertentu yang membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun tertentu dengan kinerja tahun sebelumnya dan sesudahnya atau membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan lain, terutama dalam industri yang sama. Adapun rasio keuangan yang umum digunakan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas/rentabilitas dan rasio aktivitas.

METODE PENELITIAN
Obyek dari penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi yaitu PT. Jamsostek dan PT. Prudential Life Assurance. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan PT. Jamsostek (Persero) dan PT. Prudential Life Assurance tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Alat uji analisis yang digunakan adalah independent sample T-test. Independent sample T-test adalah metode yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian:
H0: Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara    perusahaan asuransi milik pemerintah dan perusahaan asuransi milik swasta.
Ha: Terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara perusahaan asuransi milik pemerintah dan perusahaan asuransi milik swasta.

HASIL DAN PEMBAHASAN
             Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang menjadi objek penelitian dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 diperoleh penentu kinerja perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta. Dalam penelitian ini rasio yang dipergunakan untuk menentukan kinerja perusahaan adalah rasio profitabilitas, rasio likuiditas dan rasio solvabilitas.
Tabel 4.1
Rasio Profitabilitas, Likuiditas, Solvabilitas PT. Jamsostek dan PT.
Prudential periode 2007-2011.

       Sumber: Data Diolah 2012

Dibawah ini disajikan gambaran tentang fluktuasi peningkatan dan penurunan rasio profitabilitas yang dialami perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta.
Gambar 4.1 Rasio Profitabilitas

Berikut disajikan gambaran tentang fluktuasi peningkatan dan penurunan rasio likuiditas yang dialami perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta.

                                           Gambar 4.2 Rasio Likuiditas

Berikut disajikan gambaran tentang fluktuasi peningkatan dan penurunan rasio solvabilitas yang dialami perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta.


Gambar 4.3 Rasio Solvabilitas

            Setelah diuraikan dan diberikan gambaran tentang keadaan tingkat profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta dari tahun 2007 sampai dengan 2011, selanjutnya penulis akan memberikan penjelasan deskriptif dari data-data tersebut. Berikut deskriptif dari penelitian ini:
Kinerja Perusahaan Asuransi BUMN
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Perusahaan Asuransi BUMN
Descriptive Statistics

N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Profitabilitas
5
,0879
,1103
,101120
,0085762
Likuiditas
5
2,8279
6,9027
4,908960
1,8443265
Solvabilitas
5
1,5410
4,9787
3,041240
1,3274850
Valid N (listwise)
5




     Sumber: data diolah 2012.SPSS 20
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan mengenai deskripsi tentang rasio-rasio penelitian yang berupa rasio profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas perusahaan asuransi BUMN.

Kinerja Perusahaan Asuransi Swasta
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Perusahaan Asuransi Swasta
                                     Descriptive Statistics

N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Profitabilitas
5
,0600
,1200
,094200
,0215917
Likuiditas
5
1,0900
2,3300
1,576000
,4644136
Solvabilitas
5
2,0600
7,6600
4,604000
2,1041578
Valid N (listwise)
5




            Sumber: data diolah 2012.SPSS 20
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dijelaskan mengenai deskripsi tentang rasio-rasio penelitian yang berupa rasio profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas perusahaan asuransi swasta.

Pengujian Hipotesis dengan Independent Sample t-Test

Hasil analisis Independent Sample T-Test dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya, yaitu perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta dengan indikator rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio solvabilitas.


Tabel 4.4 Independent Sample Test
 Data diolah 2012.SPSS 20

Analisis Rasio Profitabilitas
Berdasarkan tabel 4.4 bahwa F hitung untuk rasio profitabilitas dengan Equal variance assumed adalah 1,134 dengan probabilitas 0,318. Karena probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, atau kedua varians sama/tidak berbeda signifikan dalam kinerja kedua perusahaan asuransi. Berdasarkan tabel 4.4 bahwa t hitung untuk rasio profitablitas dengan Equal variance assumed adalah 0,666 dengan probabilitas 0,524. Karena 0,524 > 0,05 maka H0 diterima, ini berarti rata-rata profitabilitas perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta tidak berbeda signifikan. Semakin tinggi rasio profitabilitas menandakan semakin baik pula kinerja keuangan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga kemungkinan perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dimana untuk memperoleh profit yang besar diperlukan adanya aktiva produktif yang berkualitas dan manajemen yang solid.

Analisis Rasio Likuiditas
            Berdasarkan tabel 4.4 bahwa F hitung untuk rasio likuiditas dengan Equal variance assumed adalah 13,762 dengan probabilitas 0,006. Karena probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak, atau kedua varians benar-benar berbeda dalam kinerja kedua perusahaan asuransi. Berdasarkan tabel 4.4 bahwa t hitung untuk rasio likuiditas dengan Equal variance not assumed adalah 3,919 dengan likuiditas 0,014. Karena 0,014 < 0,05 maka H0 ditolak, ini berarti rata-rata likuiditas perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta benar-benar berbeda/berbeda signifikan.
            Tingkat rasio likuiditas perusahaan asuransi BUMN jauh lebih tinggi dibandingkan perusahaan asuransi swasta. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan asuransi BUMN memiliki kondisi yang lebih likuid, sekilas memang terlihat kinerja perusahaan asuransi BUMN lebih baik dibanding perusahaan asuransi swasta karena mampu menghasilkan rasio likuiditas yang jauh diatas perusahaan asuransi swasta, namun ternyata tidak selalu demikian, pada dasarnya semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya dapat digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang jangka panjang atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih.

Analisis Rasio Solvabilitas
           Berdasarkan tabel 4.4 bahwa F hitung untuk rasio solvabilitas dengan Equal variance assumed adalah 0,926 dengan solvabilitas 0,364. Karena solvabilitas > 0,05 maka H0 diterima, atau kedua varians sama/tidak berbeda signifikan dalam kinerja kedua perusahaan asuransi. Berdasarkan tabel 4.4 bahwa t hitung untuk rasio solvabilitas dengan Equal variance assumed adalah -1,405 dengan probabilitas 0,198. Karena 0,198 > 0,05 maka H0 diterima, ini berarti rata-rata solvabilitas perusahaan asuransi BUMN dan perusahaan asuransi swasta tidak berbeda signifikan. Bila di lihat dari rata-rata, rata-rata rasio solvabilitas perusahaan asuransi swasta lebih tinggi dari perusahaan asuransi BUMN. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan perusahaan asuransi swasta lebih baik dari perusahaan asuransi BUMN, kesehatan perusahaan asuransi swasta dapat dilihat dari besarnya rasio solvabilitas perusahaan asuransi swasta tertinggi sebesar 766% dan terendah sebesar 206% pada periode penelitian. Berbeda dengan perusahaan asuransi BUMN, yang rasio solvabilitas tertinggi sebesar 497,87% dan terendah sebesar 154,10%. Tingkat rasio solvabilitas kedua perusahaan asuransi ini menunjukkan bahwa keadaan/kondisi keuangan masing-masing perusahaan dalam keadaan sehat dan cukup aman dari resiko likuidasi.

SIMPULAN
            Dalam Penelitian ini penulis menganalisa dengan menggunakan uji independent sample t test dengan menggunakan laporan keuangan kedua perusahaan asuransi yang menjadi objek penelitian, hasil analisis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas perusahaan asuransi BUMN tidak berbeda signifikan dengan perusahaan asuransi swasta karena memiliki tingkat signifikan > 0,05. Sedangkan untuk rasio likuiditas perusahaan asuransi BUMN berbeda signifikan dengan perusahaan asuransi swasta karena memiliki tingkat signifikan < 0,05.  Dilihat dari rasio profitabiltas dan rasio sovabilitasnya kinerja perusahaan asuransi swasta lebih baik dari perusahaan asuransi BUMN karena perusahaan asuransi swasta memiliki rasio yang lebih tinggi yang menandakan perusahaan asuransi memiliki kondisi perusahaan yang lebih sehat. Dari rasio likuiditasnya perusahaan asuransi BUMN memiliki rasio yang lebih tinggi dari perusahaan asuransi swasta yang berarti perusahaan asuransi BUMN memiliki kondisi yang lebih likuid dibanding perusahaan asuransi swasta.



DAFTAR PUSTAKA


Andi, 2009, 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Stastistik Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta: CV Andi Offset (Penerbit Andi).
Anonim, 2010. “Penerapan Ratio Early Warning System untuk Menganalisis Kesehatan dan Mengukur Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Asuransi Kerugian.”. Skripsi. Dalam http://www.ukrida.ac.id/ diunduh pada jumat, 22 juni 2012 pukul 19:17 WIB
Asyikin, J dan Tanu, V.S. 2011. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Perusahaan Farmasi Milik Pemerintah (BUMN) dengan Perusahaan Farmasi Swasta yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dalam http://www.google.co.id/ diunduh pada rabu, 25 juli 2012 pukul 19:14 WIB
Darmawi, Herman, 2006. Manajemen Asuransi. Edisi 1, cetakan 4. Jakarta: Bumi Aksara
Darsono dan Ashari, 2006. Pedoman Praktik Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Harahap, Sofyan Syafri, 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi 1, cetakan 6. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2008.  Standar Akuntansi Keuangan  Per  1 September 2007. Jakarta: Salemba Empat
Irvansyah, riko. 2010. “Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan Early Warning System Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Dalam http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21122. diunduh pada selasa, 2 agustus 2012 pukul 20:33 WIB.
Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara
Muspa. “Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi. Jurnal Akuntansi”. Dalam http://www.google.co.id/ diunduh pada jumat, 22 juni 2012 pukul 20:56 WIB
S.R, Soemarso, 2005. Akuntasi Suatu Pengantar. Edisi Revisi, Buku 2 Edisi 5, Jakarta: Salemba Empat
Sadeli, Lili. M, 2006. Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi 1 cetakan ketiga, Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono, 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABET




Minggu, 12 Mei 2013

TRANSLASI MATA UANG ASING

A. PENGARUH ALTERNATIF KURS TRANSLASI TERHADAP LAPORAN KEUANGAN.

Dalam melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik dapat digunakan 3 nilai tukar yaitu antara lain:
a.    Kurs kini (current)
b.    Kurs historis (historical)
c.    Kurs rata-rata (average)
Harus dapat dibedakan antara keuntungan dan kerugian translasi (translation) dan keuntungan dan kerugian transaksi (transaction) dimana keduanya merupakan keuntungan dan kerugian akibat nilai tukar.
Dari dua jenis penyesuaian transaksi, keuntungan dan kerugian atas transaksi yang terselesaikan, timbul ketika nilai tukar yang digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai tukar yang digunakan saat penyelesaian.Jenis dua penyesuaian transaksi adalah keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan timbul ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi diselesaikan.Namun demikian hingga utang mata uang asing tersebut benar-benar dilunasi, kerugian nilai tukar belum direalisasi ini memiliki sifat yang sama dengan kerugian translasi karena berasal dari proses penyajian ulang.
Perbedaan dalam kurs nilai tukar yang timbul pada tanggal yang berbeda menyebabkan berbagai jenis penyesuaian nilai tukar. Berikut ini adalah bagan yang menjelaskan perbedaan antara keuntungan dan kerugian transaksi dan translasi.


B. TRANSAKSI MATA UANG ASING.
Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan memberi atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.Berdasarkan konsep mata uang fungsioanal yaitu, mata uang fungsional dari suatu entitas adalah mata uang yang berlaku di wilayah operasional utama perusahaan dan menghasilkan arus kas. Dengan demikian suatu transaksi mata uang asing dapat berdominasi dalam suatu mata uang, tetapi di ukur atau di catat dalam mata uang yang lain.
Kriteria Mata Uang Fungsional :

    FAS No. 52, pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing yang wajib diterapkan di AS, mengharuskan perlakuan berikut ini untuk translasi mata uang asing :
1.    Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.
2.    Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo yang berdenominasi dalam suatu mata uang harus selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar terkini.
Penyesuaian kurs nilai tukar valuta asing (yaitu keuntungan atau kerugian atas transaksi yang terjadi) perlu dibuat pada saat terjadi perubahan kurs nilai tukar di antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian. Apabila laporan keuangan disusun sebelum penyelesaian transaksi, penyesuaian akuntansi (yaitu keuntungan atau kerugian atas transaksi yang belum diselesaikan) akan sama dengan perbedaan antara jumlah yang awalnya dicatat dan jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.
Dalam transaksi mata uang asing terdapat dua perlakuan akuntansi atau keuntungan dan kerugian transaksi yang dapat diterapkan yaitu :
     Perspektif Transaksi Tunggal  : Penyesuaian nilai tukar (baik yang sudah diselesaikan maupun yang belum diselesaikan ) diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap akun–akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesainnya merupakan peristiwa tunggal.
     Perspektif Dua Transaksi : Penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut .
FAS no 52 mengharuskan penggunaan metode dua transaksi untuk mencatat transaksi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian dari transaksi yang sudah selesai dan belum diselesaikan dimasukkan dalam penentuan laba.Pengecualian utama terhadap ketentuan ini terjadi apabila :
1.    Penyesuaian nilai tukar berkaitan dengan transaksi antar perusahaan jangka panjang tertentu.
2.   Transaksi tersebut dimaksudkan dan berfungsi efektif sebagai lindung nilai atas investasi (yaitu lindung nilai terhadap posisi aktiva/kewajiban bersih operasi luar negeri) dan komitmen mata uang asing.

  Perusahaan yang beroperasi secara internasional menggunakan berbagai metode untuk menyatakan laporan keuangannya dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik. Metode translasi ini  terdiri dari dua jenis yaitu :
1.Metode Kurs Tunggal
   Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan  dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui.
2.Metode Kurs Berganda
  Metode ini menggabungkan kurs nilai tukar historis dan nilai tukar kini dalam proses translasi. Metode ini   terbagi atas tiga metode yaitu :
  a. Metode kini - non kini (lancar-tidak lancar).
  b. Metode Moneter - non moneter .
  c. Metode temporal

C. PENGARUH LAPORAN KEUANGAN.
Tampilan di bawah ini menunjukan pengaruh metode translasi terhadap laporan keuangan. Neraca sebuah anak perusahaan khayalan Meksiko dari suatu perusahaan multinasional yang berbasis di AS menunjukan mata uang peso dan nilai ekuivalen dolar AS terhadap saldo dalam peso Meksiko pada saat kurs nilai tukar srbesr P1= $0,13 seandainya peso mengalami depresiasi menjadi P1=$ 0,10 maka beberapa hasil akuntansi yang berbeda dapat timbul.
Berdasarkan data diatas menunjukkan metode translasi yang berbeda memberikan hasil akuntansi yang beragam, mulai dari kerugian sebesar $450 bila menggunakan metode kurs kini hingga keuntuungan sebesar $360 bila menggunakan metode moneter - non moneter. Perbedaan ini cukup besar mengigat seluruh hasilnya didasarkan pada fakta yang sama. Yang lebih penting lagi, laba terkait operasi yang dilaporkan sebelum translasi mata uang  sangat mungkin akan berubah dilaporkan menjadi kerugian atau laba yang jauh lebih rendah setelah translasi (atau kebalikannya).

D. MODEL TRANSLASI MANA YANG TERBAIK ?
Keadaan yang mendasari proses translasi mata uang asing sangat berbeda.Translasi akun-akun dari mata uang yang stabil ke dalam mata uang yang tidak stabil tidaklah sama dengan melakukan translasi dari mata uang yang tidak stabil ke dalam mata uang yang stabil. Hanya ada sedikit kesamaan antara translasi untuk transaksi jenis ekspor-impor dan transaksi yang melibatkan perusahaan afiliasi yang secara tetap didirikan atau anak perusahaan di Negara lain yang menanamkan kembali laba lokalnya dan tidak bermaksud untuk mengirimkan kembali dana apapun kepada induk perusahaan dalam waktu dekat.
Kedua, translasi dilakukan untuk tujuan yang berbeda. Melakukan translasi akun-akun suatu anak perusahaan luar negeri dalam rangka konsolidasi akun-akun dengan induk perusahaan tidak sama dengan melakukan translasi akun-akun perusahaan yang independent dengan maksud untuk memenuhi kepentingan para pihak luar negeri. Ada tiga pertanyaan yang harus diperhatikan :
1.    Apakah menggunakan lebih dari satu metode translasi diperbolehkan?
2.    Jika ya, metode manakah yang dapat digunakan dan dalam kondisi apakah metode tersebut diterapkan?
3.    Apakah terdapat situasi di mana translasi sama sekali tidak boleh dilakukan?
Terkait dengan pertanyaan pertama, jeals terlihat bahwa satu metode translasi saja tidak dapat memenuhi dengan sama translasi yang dilakukan berdasarkan kondisi yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Jadi lebih dari satu metode translasi yang diperlukan.
Terdapat tiga pendekatan translasi yang berbeda yang dapat diterima yaitu :
1.    Metode historis :
Objek translasi adalah untuk mengubah unit pengukuran laporan keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang domestik dan untuk membuat laporan keuangan anak perusahaan luar negeri sesuai dengan prinsip -  prinsip akuntansi  yang diterima secara umum dinegara asal induk perusahaan maka tujuan ini dapat dicapai dengan menggunakan kurs nilai tukar historis.Prinsip temporal lebih disukai karena secara umum mempertahankan prinsip akuntansi yang digunakan untuk mengukur aktiva dan kewajiban yang awalnya dinyatakan dalam mata uang asing.
2.    Metode kini
Merupakan translasi (penyajian ulang) secara langsung dari satu jenis mata uang kedalam mata uang lainnya. Metode kurs kini lebih teapt digunakan apabila akun-akun anak perusahaan luar negeri yang ditranslasika tetap mempertahankan mata uang lokal sebagai unit pengukuran :yaitu jika entitas asing dipandang dari sudut pandang perusahaan lokal. Translasi berdasarkan kurs kini tidak mengubah segala bentuk hunbungan awal  dalam laporan keuangan mata uan asing, karena seluruh saldo akun hanya perlu dikalikan dengan suatu konstanta. Pendekatan ini berguna jika akun-akun perusahaan independen ditranslasikan untuk kepentingan pemegang saham luar negeri atau kelompok pengguna eksternal lainnya.
3.    Tidak dilakukan translasi sama sekali
Dilakukan apabila tidak ada translasi yang memadai jika dilakukan antara mata uang yang sangat tidak stabil dan sangat stabil. Translasi dari satu mata uang itu ke yang lainnya tidak akan menghasilkan informasi yang bermakna meski menggunakan metode yang  manapun. Jika suatu mata uang cukup tidak stabil sehingga membuat translasi akun tidak dapat dilakukan, konsolidasi laporan keuangan juga tidak dapat dilakukan. Translasi tidak diperlukan jika laporan keuangan perusahaan independen dikeluarkan diterbitkan benar-benar untuk tujuan pemberian informasi bagi para penduduk di negara lain yang berada dalam tingkat perkembangan ekonomi yang dapat dibandingkan dan memiliki situasi mata uang nasional yang dapat dibandingkan. Manajer iternasional yang efektif harus mampu mengevaluasi situasi dan mengambil keputusan yang menyangkut lebih dari satu mata uang.

E. KURS KINI YANG TEPAT.
Sejauh ini istilah kurs nilai tukar yang sering digunakan dalam metode translasi adalah kurs historis dan kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk translasi yang berbeda. Dalam situasi ini harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada. Beberapa alternatif yang disarankan adalah :
ü    Kurs pembayaran deviden,
ü    Kurs pasar bebas dan,
ü    Kurs penalti atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkati dengan kegiatan impor atau ekspor.
Kurs pasar bebas lebih disukai dengan satu pengecualian apabila terdapat kontrol nilai tukar yang khusus (yaitu apabila beberapa jenis dana yang secara pasti telah dialokasikan untuk transaksi tertentu dengan kurs nilai tukar valuta asing khusus yang berlaku), kurs yang berlaku tersebut harus digunakan.
Kurs nilai tukar kini dalam pasar bebas pada akhir tahun selanjutnya harus diterapkan untuk saldo akun kas luar negeri. Prosedur ini mentranslasikan bagian akun kas dalam mata uang asing berdasarkan dua atau lebih kurs nilai tukar translasi yang berbeda. Hal ini normal dilakukan sepanjang tahun sunguh - sungguh mencerminkan kenyataan ekonomi yang tepat.
 
F. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TRANSLASI.
    PSAK No.10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat translasi harus dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama maka seluruh selisih kurs diakui dlaam periode tersebut. Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode transaksi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
Secara internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian-penyesuaian tersebut juga berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan-pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan. 
Penangguhan
Dikeluarkannya penyesuaian translasi dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang.Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpegaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari entitas asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan jika penyesuaian seperti itu ke dalam laba sekarang.Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
Parkinson menawarkan alasan tambahan yang mendukung dilakukannya penangguhan : Keuntungan dan kerugian tersebut berkaitan erat dengan investasi jangka panjang – bahkan mungkin suatu investasi permanen yang dilakukan oleh suatu induk perusahaan ke dalam anak perusahaan asing, bahwa keuntungan dan kerugian tersebut tidak dapat direalisasikan hingga operasi luar negeri dihentikan dan semua aktiva bersih dibagikan ke induk perusahaan. Tidak terdapat  keuntungan dan kerugian yang akan pernah dapat direalisasikan. Hasil operasi yang dicatat dalam periode setelah revaluasi mata uang (ditranslasikan menurut kurs nilai tukar kini pada waktu itu) akan menunjukkan kenaikan atau penurunan kekayaan operasi luar negeri dan dalam keadaan ini, tidak diperlukan pencatatan keuntungan dan kerugian translasi satu waktu dalam laporan laba rugi, bahwa kenyataannya pencatatan keuntungan dan kerugian tersebut dapat saja menyesatkan.
Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi menutupi perilaku perubahan kurs nilai tukar, yaitu perubahan kurs merupakan fakta historis dan para pengguna laporan keuangan terlayani dengan baik jika pengaruh fluktuasi kurs nilai tukar diperhitungkan pada periode saat terjadinya. Sesuai dengan FAS No.8 (par.199),"Kurs nilai tukar berfluktuasi: akuntansi harusnya tidak memberikan kesan bahwa kurs nilai tukar tetap stabil."
Penangguhan dan Amortisasi
Beberapa pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian selama masa pos-pos neraca terkait.

     Penangguhan Parsial
Keuntungan atau kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan.Penangguhan translasi semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs. Pendekatan ini juga tidak memiliki kriteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu keuntungan translasi direalisasi. Pada masa lalu, perusahaan mengurangkan keuntungan periode berjalan dengan kerugian pada masa lalu dan menangguhkan selisihnya. Keuntungan dan kerugian translasi akan terhapuskan dalam jangka panjang.

     Tidak Ditangguhkan
Untuk mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apapun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan.Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar.Akan menyesatkan para pembaca laporan keuangan, karena penyesuaian ini tidak selalu memberikan informasi yang sesuai dengan ekspektasi pengaruh ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas sebuah perusahaan.
G. PERKEMBANGAN AKUNTANSI TRANSLASI.
    Praktik akuntansi translasi telah berkembanga dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai inisiatif pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di negara-negara lain.

Sebelum 1965
Accounting Research Bulletin (ARB) NO. 4 kemudian diperbaharui dengan ARB NO. 43 mendorong penggunaan metode kini-non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukan kedalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disaling hapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.
1965 - 1975
Bab 12 ARB no 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-non kini dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikaan berdasarkan kurs historis. Utang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang utang diberlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.
1975 - 1981
FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode perubaahan kurs nilai tukar.
Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan,.
1981 - hingga kini
FASB mempertimbangkan kembali FAS no 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement Of  Financial Accounting Standars No.52 pada tahun 1981.
 
H. ISI STANDAR NO 52.
Tujuan FAS No.52 berbeda dengan FAS No.8. FAS No. 8 menggunakan sudut pandang induk perusahaan dengan mengharuskan laporan keuangan dalam mata uang asing disajikan seakan-akan seluruh transaksinya terjadi dalam mata uang dolar AS. Standar No. 52 mengakui bahwa baik sudut pandang induk  perusahaan dan anak perusahaan merupakan kerangka dasar pelaporan yang sah.
Tujuan ini didasarkan pada konsep mata uang fungsional. Penentuan mata uang fungsional menentukan pilihan metode translasi yang digunakan untuk keperluan konsolidasi dan perlakuan terhadap keuntungan dan kerugian kurs yaitu :
     Translasi apabila mata uang lokal merupakan mata uang fungsional.
Jika mata uang   fungsional merupakan mata uang asing yang digunakan dalam catatan entitas asing,laporan keuangan ditranslasikan kedalam dolar dengan menggunakan metode kurs kini.Keuntungan atau kerugian translasi yang timbul diungkapkan sebagai komponen yang terpisah.
Prosedur kurs kini yang digunakan adalah :
1.    Seluruh aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing ditranslasikan ke dalam doalr dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal neraca, akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
2.    Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar pada tanggal transasksi, meskipun kurs rata-rata tertimbang dapat digunakan untuk kepraktisan.
3.    Keuntungan dan kerugian translasi dilaporkan terpisah dalam ekuitas pemegang saham konsolidasi. Penyesuaian nilai tukar ini tidak akan masuk ke dalam laporan laba rugi hingga operasi luar negeri tersebut dijual atau nilai investasinya dianggap telah hilang secara permanen.
     Translasi apabila dolar AS merupakan mata uang fungsional .
Apabila dolar AS merupakan mata uang fungsional suatu entitas asing, maka laporan keuangan dalam mata uang asing diukur ulang kedalam dolar dengan menggunakan metode temporal. Seluruh keuntungan dan kerugian translasi yang berasal dari proses translasi dimasukkan dalam penentuan laba periode berjalan. Secara khusus :
1.    Aktiva dan kewajiban moneter dan aktiva non-moneter dinilai berdasarkan harga pasar terkini ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal laporan keuangan, pos non moneter lainnya dan akun modal ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
2.    Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata kurs nilai tukar selama periode berjalan , pos-pos nonmoneter (seperti HPP dan beban depresiasi) yang ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis.
3.    Keuntungan dan kerugian translasi tercermin dalam laba periode berjalan.
     Translasi apabila mata uang asing merupakan mata uang fungsional. Apabila mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing lainnya. Dalam situasi ini laporan keuangan pertama - tama disajikan ulang dari mata uang lokal kedalam mata uang fungsionalnya (metode temporal) dan kemudian ditranslasikan kedalam dolar AS dengan menggunkan metode kurs kini.
Pengecualian dalam metode kurs kini adalah untuk anak perusahaan yang berlokasi di tempat-tempat yang memiliki tingkat inflasi kumulatif selam 3 tahun berturut-turut.Dalam kondisi hiperinflasi seperti itu nilai dolar dianggap sebagai mata uang fungsional, sehingga menggunakan metode translasi temporal. Jika suatu entitas memiliki lebih dari satu operasi yang terpisah dan dapat dipisahkan,setiap operasi dapat dianggap sebagai entitas terpisah dengan mata uang fungsionalnya sendiri.
    Mata uang asing berarti semua mata uang selain mata uang negara yang bersangkutan atau semua mata uang selain mata uang fungsional dari suatu entitas. Mata uang lokal adalah mata uang dari negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam kegiatan domestik maupun luar negeri dari negara yang bersangkutan. Mata uang fungsional adalah mata uang yang berlaku di wilayah utama perusahaan.
Sekali mata uang fungsional untuk sebuah entitas asing telah ditetapkan FAS No. 52 mengharuskan mata uang tersebut digunakan secara konsisten kecuali jika terjadi perubahan dalam keadaan ekonomi mengindikasikan bahwa mata uang fungsional telah berubah.
 
   
 
I. TRANSLASI MATA UANG ASING DAN INFLASI.
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah daripada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.

J. TRANSLASI MATA UANG ASING DI NEGARA LAIN
Kanada
Institut akuntan bersertifikat di Kanada (CICA), Badan Standar Akuntansi di Inggris dan Badan Standar Akuntansi International seluruhnya berpartisipasi dalam penyusunan FAS No. 52. Perbedaan utama antara standar di kanada (CICA 1650) dan FAS No. 52 menyangkut utang jangka panjang dalam mata uang asing. Di Kanada keuntungan dan kerugian translasi ditangguhkan dan diamortisasi.
Inggris
Perbedaan utama standar di Inggris dan di AS berkaitan dengan anak perusahaan yang berdiri sendiri di negara–negara yang mengalami hiperinflasi. Laporan keuangan pertama - tama harus disesuaiakan terhadap tingkat harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
Australia
Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak lancar non moneter untuk anak perusahaan di negara-negara yang berinflasi tinggi sebelum dilakukan translasi.
Selandia Baru
Pada dasarnya sama dengan Australia, Selandia Baru  juga mengharuskan metode translasi moneter–non moneter untuk anak perusahaan yang operasinya terintegrasi induk perusahaannya
Jepang
Pada saat ini Jepang telah mengubah standarnya dengan mengharuskan metode kurs kini disegala keadaan dengan penyesuain translasi yang disajikan pada neraca dalam ekuitas pemegang saham.
Jumlah perusahaan melakukan pencatatan saham secara internasional dan mengikuti IAS, atau sekarang disebut IFRS, semakin meningkat dan bursa efek di seluruh dunia berada di bawah tekanan yang semakin meningkat untuk menggunakan IFRS sebagai pengganti standar domestik untuk pencatatan saham perusahaan-perusahaan asing. Di AS perusahan-perusahaan asing diperbolehkan untuk menggunakan standar internasional (IAS 21) dan bukan standar AS (FAS No.52) dalam masalah translasi mata uang asing.

DAFTAR PUSTAKA

Frederick D.S.Choi, Gary K.Meek, International Accounting, Pearson Education – Prentice.